Pentingnya Rekan Pendakian yang Selalu Menyemangati

Sensasi turun dari puncak semeru itu luar biasa. Terutama bagi pengidap acrophobia tingkat akut seperti saya. Curamnya trek di Jalur ini menyebabkan saya harus berjalan berhati-hati. Disaat rekan dan pendaki lainnya mampu merosot dengan lancar, saya hanya bisa berjalan turun sedikit demi sedikit karena takut dengan pemandangan jurang didepan mata. Tapi saya selalu mencoba melawan rasa takut saya dengan ketinggian seperti ini. Karena bagi saya tantangan seperti ini yang merupakan sensasi paling mengasyikan ketika mendaki gunung.

Rinjani merupakan salah satu gunung favorit yang menyediakan paket komplit buat pecinta outdoor activity, termasuk saya sendiri. Tidak hanya sensasi hiking saja yang saya rasakan disini. Pengalaman berenang di danau Segara Anak juga merupakan salah satu aktivitas yang sangat mengasyikan disini. Tak lupa sensasi berendam di hot spring juga tak pernah saya lewatkan. Sensasinya luar biasa. Lelah otot yang dipaksa melewati trek yang cukup berat selama pendakian bisa rileks seketika ketika berendam di air panas ini. Begitu kayanya spot-spot menarik di Rinjani membuat saya selalu jatuh cinta dengan pesona Gunung ini.

Masih teringat jelas bagaimana menyiksanya pendakian pertama saya ke Rinjani. Hari pertama ketika mendaki bukit penyesalan rasanya sangat menyiksa. Pasalnya saya sedikit memaksakan diri pada saat itu, saya mendaki dalam kondisi badan tidak fit karena baru saja sembuh dari muntaber. Badan lemas, BAB berkali-kali dan muntah-muntah sepanjang jalan mewarnai perjalanan saya hari itu. Namun ajaibnya semua sakit yang saya derita hilang perlahan ketika saya tiba di Plawangan Sembalun saat mentari terbenam. Nampaknya keindahan sunset Plawangan Sembalun kala itu adalah obat mujarab bagi saya.

Tidak terbayang oleh saya apa yang akan terjadi jika saya mendaki gunung tanpa rekan – rekan seperjuangan yang selalu menyemangati saya. Pengalaman pendakian pertama saya adalah muntaber dan badan panas dingin. Saya juga mimisan selama 4 hari berturut – turut sehingga sangat merepotkan para rekan pendaki. Namun, tidak ada yang mengeluh dan tetap memberikan semangat serta energi yang positif.

Mendaki Puncak Fansipan yang Sangat Tinggi

Akhirnya sampai juga ke puncak Indocina Fansipan yaitu dengan ketinggian 3134 M. Rasanya seneng banget bisa ngerasain suasana trekking lagi. Cuaca gerimis & kabut yang mengiringi awal perjalanan malah bikin semangat makin tinggi, karena jujur emang udah lama kangen ama suasana pendakian yg begini. Saran dari gue siapin fisik yang optimal sebelum mendaki ke puncak Fansipan, karena jalurnya cukup menantang. Dan pilihlah agen lokal untuk mengorganize trip kalian, karena peraturan cukup ketat dan diwajibkan menggunakan guide setempat.

Dan dikarenakan keterbatasan waktu, akhirnya kami memilih trekking menuju puncak Fansipan, yang memakan waktu kurang lebih 9 jam perjalanan, dan turun kembali ke Sapa menggunakan cable car, sehingga bisa ngerasain langsung dua cara menuju puncak Fansipan ini. Normalnya pendakian disini menghabiskan waktu 3D2N, jika ingin ditempuh dengan jalur trekking untuk pulang perginya, atau bisa memilih 2D1N, dimana kita bisa trekking menuju puncak Fansipan dg bermalam di shelter yg sudah disediakan, dan turun kebawah dg cable car. Banyak pilihan buat menikmati keindahan atap dari Indocina ini. And big Thanks to my hike partner

Masih kebayang keseruan pendakian kemaren ke Puncak Fansipan. Walaupun diguyur hujan dan kabut di awal pendakian, dan dikasih cuaca cerah pas di puncaknya jadi bikin pendakian ini lengkap banget pengalamannya. Banyak yg nanya kondisi trek disini mirip gunung apa kalau di Indonesia. Menurut gue pribadi ngeliat kondisi trek yg 70% di dominasi tanjakan, kadang ada sungai kecil, dan hampir nggak ada bonus sama sekali ini, mengingatkan perpaduan trek di Kerinci, Cikuray, dan Ciremai via Linggarjati.

Oh iya, berbeda dengan pengunjung yg memilih utk naik cable car ke puncak Fansipan, bagi pendaki yg memilih trekking, harus membuat permitt terlebih dahulu, karena kawasan ini masuk ke area Hoang Lien National Park. Kemaren banyak banget dijelasin sama guidenya tentang flora yang ada di Taman Nasional ini. Dan satu lagi yang paling gue kagumin adalah bagaimana fasilitas yg udah dibuat disini disini terjaga dengan baik. Semoga nanti di Indonesia juga begitu, segala fasilitas yg udah disediakan buat pendaki dapat dijaga dengan baik

Jenis Pendaki Gunung dari Hasil Analisa Pecinta Trekking

Biasanya baca yg serius,nyoookk mari kita bahas yg buat seru-seruan
Biasanya yg seru itu enak loh diajak pacaran..
Berikut ini adalah jenis2 pendaki gunung versi salah satu pecinta trekking terkenal yaitu anak bebek.

Ini tanpa diskriminasi yah, hanya sesuai dgn pengalaman pribadi

1. Pendaki Pelit
Yg ini tipe suka ngumpetin makanan, makan sendiri2 ga mau berbagi

2. Pendaki Malas
Yg lain sibuk masak,bangun tenda eh dia malah tidur atau kabur ke tenda tetangga cari makanan/cari gebetan

3. Pendaki Tebar Pesona
Yg ini hobby bgt tebar pesona,di jalur,di campsite,dia hobby bgt modus & nebar pin BBM/no telp

4. Pendaki Ikut-ikutan
biasanya ga tau tujuan,cuma tau diajak, barang bawa seadanya dan seikhlasnya

5. Pendaki Baper
Yg ini banyak,apalagi klo di jalur,di tenda pas mau tidur,dia suka liat pasangan lain, kemudian baper trus curhat pun berjalan berjam jam

6. Pendaki Eksis
Gak peduli cuaca apa,kondisi gimana yg pasti harus ada foto, bahkan kalo bisa lg boker pun “cekreeekk” ambil foto

7. Pendaki Perusak
Hobby nya suka nyampah,gak bisa liat EDELWEIS langsung dipetik

8. Pendaki Nyaman
Ini pendaki yg ga peduli mau kaya gimana yg penting dia nyaman..Diatur susah krna dia selalu bilang “yg penting gue nyaman”
Hati-hati, kadang terlalu nyaman nanti bisa jadi sayang.

9. Pendaki Pintar
Mereka yg mendaki bukan hanya menggunakan otot,tp menggunakan otak.. Ikutin prosedur safety,aturan alam & mereka yg bijak.

10. Pendaki Supermen
Yg ini biasanya bawaanya kulkas 2 pintu, paling kuat diantara gerombolannya..tp kasian suka dijadiin bemper buat ngambil air

11. Pendaki Ngasal
Naik gunung pake wedges,pake sepatu mejeng, pake sendal,ga bawa perlengkapan safety, pake pakaian seadanya, katanya sih yg penting mental

12. Pendaki Pelor
Hobby nya nempel molor, enak bgt si doi gampang tidurnya, termasuk hobby tidur di jalur kalo lg trekking,gak bisa liat lapak dikit.

13. Pendaki Malaikat
Mereka yg super baik,hobby nolong orang,bantuin bawa carrier buat yg gak kuat,dan segala pekerjaan dia kerjain – duh “nikah-able” bgt

Jadi kalian jenis pendaki yg mana?
Jangan lupa mention temen kalian.

Fakta Tentang Summit Gunung Kinabalu

Berikut ini gue share beberapa Fakta tentang Summit Gunung Kinabalu yg bisa dipelajari :

1. Landmark yg dipakai adalah bukan Puncak Utama, melainkan South Peak

2. South Peak mempunyai bentuk yg berbeda-beda jika diliat dari beberapa sudut. Paling fotogenik sih ini..

3. South Peak dijadikan sebagai foto di Mata Uang Ringgit Malaysia pecahan 100

4. Orang banyak mengira South Peak adalah puncak tertinggi, namun salah tinggi South Peak 3.921,5mdpl sedangkan Low’s Peak (puncak utama) 4.095mdpl

5. Bendera Sabah bergambar Gunung Kinabalu

6. Gunung Kinabalu adalah gunung Granit diperjalanan dijelaskan banyak tentang Gunung Granit ini

7. Gunung Kinabalu disebut sebagai “Sacred Mountain” Gunung suci yg dikenal sebagai “Final Resting Place” – tempat peristirahatan terakhir.
Hayooo jadi jangan macem-macem disini, respect to the Mountain anf mother nature

8. Kinabalu memiliki banyak puncak diantaranya : Low’s Peak, Victoria Peak, Ugly Sister Peak, St. John Peak, South Peak, Donkeys Ear Peak, Tunku Abdur Rahman Peak etc

9. Nama Low’s Peak diambil dari Hugh Low orang Inggris yg tercatat pertama kali kesana

10. Mendaki Gunung itu bukan melulu soal sampai Summit dan Foto di puncak, tapi tentang bagaimana elu bisa mempelajari dan mendapatkan informasi di setiap gunung yg didaki..

Dalam Mendaki Gunung, salah satu komponen yg paling penting adalah “bekal untuk menolong orang” yaitu dasar dari PPGD – Pertolongan Pertama Gawat Darurat.

Banyak banget yg masih kurang paham tentang hal ini, sehingga ketika dihadapkan dengan kondisi darurat malah bingung ataupun salah penanganan.
Ketika ada yg Hipo, atau Cidera/Jatuh, salah penanganan bisa jadi sumber malapetaka, apalagi jika gak paham ilmu dasarnya dan akhirnya tidak bisa memberikan bantuan pada teman seperjalanan.

Dalam mendaki gunung mungkin perjalanan paling berat itu adalah saat muncak..
Bukan hanya tentang jalurnya, tapi tentang bagaimana bisa mengalahkan “ego” dan “kesombongan”Karena terkadang terlalu berambisi, ego bisa menguasai diri.
Tanjakan, udara dingin, angin, dan tipisnya oksigen jadi teman selama perjalanan.. Well just enjoy the ride!! Jangan terburu – buru dan nikmati saja perjalanannya ya guys!