Usai Pandemi Akan Segera Diving Kembali

Setahun sudah kita rasakan dampak pandemik ke berbagai aspek kehidupan kita. Tahun yang berat bagi kebanyakan manusia. Tidak terkecuali bagi saya. Sebuah tantangan yang terkadang terasa tak sanggup untuk terus berjuang.

Namun kebiasaan beraktifitas di alam, kebiasaan berpasrah kepada kekuatan yang jauh lebih besar, namun sekaligus berusaha untuk survive, sangat membantu diri saya.
Bagi saya, apa yang sudah dan sedang terjadi tidaklah lebih penting dibanding kesiapan untuk selalu bangkit kembali.

Banyak hal bisa hilang dalam masa sulit ini, tapi jangan sampai kehilangan passion terhadap apa yang menjadi kegemaran kamu. Hang in there, my friends!

DI MASA PANDEMI seperti sekarang ini sering diserang rasa kangen melakukan perjalanan lagi seperti dulu. Saya baru saja beberapa hari terakhir ini melakukan perjalanan bisnis yang melewati beberapa kota. Berujung dengan rasa capai sekali. Berat rasanya mata untuk dibuka, energi terasa terkuras.

Teringat saya kalau habis melakukan perjalanan diving, walaupun sama-sama bekerja, biasa berakhir dengan energi yang berbeda. Belakangan lagi baca soal IKIGAI, kayaknya itu bisa menjelaskan apa yang saya alami ini.

Kadang saya berharap bisa menyelam tanpa membawa kamera. Hanya membawa lensa yang menempel di badan: mata. Menikmati dengan lensa terbaik itu tentu berbeda dengan melihatnya di balik kamera.

Buat kalian yang suka melancong, kadang lupakanlah kameramu, lupakanlah selfie, dan nikmatilah keindahan di depan mu. Percayalah otak kita lebih penting dari SD card.
Memory kita lebih penting dari media sosial kita.

Jangan pegang – pegang terumbu karang, hewan, atau apapun yang ada di laut. Lalu, bagaimana dengan Bapak ini? Foto ini pernah mendapatkan penghargaan dari salah satu Universitas di USA untuk kategori konservasi.

Kita tidak bisa hitam dan putih memahami mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan di alam. Kita harus paham: apa tujuan di balik tindakan kita. Marilah hidup berdampingan sebagai satu spesies Homo sapiens dengan spesies lainnya. Kita bukan penguasa, kita “kakak tua” yang wajib menjaga “adik” lainnya.